TUGAS SOFTSKILL BAHASA INDONESIA 2
ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN
Disusun Oleh
:
Dewi Asmarani
21212946
3EB17
UNIVERSITAS
GUNADARMA
PTA 2014/2015
Topik : Menentukan
tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas suatu perusahaan.
Tujuan : Bertujuan
untuk menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio likuiditas guna mengukur
kinerja keuangan perusahaan.
Hipotesis : Tingkat
likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan rasio lancar, rasio kas, rasio cair dan
modal kerja yang dibagi dengan total aktiva.
Judul : Analisa
Laporan Keuangan.
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah
perusahaan membutuhkan suatu laporan dari masing-masing manajemen pada setiap
akhir periode. Laporan yang disajikan tersebut merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban
dari masing-masing manajemen kepada perusahaan dan juga kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan. Salah satu bentuk pertanggung jawaban
tersebut adalah penyajian laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen
akuntansi. Soemarso (2004, p. 7) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan,
terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan disusun dan
ditafsirkan untuk kepentingan pihak-pihak tertentu yang mempunyai kepentingan
dengan data keuangan perusahaan.
Di sisi lain,
Baridwan (2004, p. 17) dalam bukunya menjelaskan bahwa laporan keuangan
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan
dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan. Singkatnya, laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses
kegiatan akuntansi. Transaksi-transaksi yang terjadi, diidentifikasi, dicatat,
dan digolongkan serta dilaporkan sedemikian rupa dalam bentuk laporan keuangan.
Menurut PSAK
No.1 (2012, p. 1-2), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan, (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),
catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi
keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan
harga.
Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan
hasil akhir dari proses akuntansi selama tahun buku yang bersangkutan yang
ditujukan kepada pihak pembuat keputusan. Laporan keuangan dibuat dengan maksud
sebagai alat komunikasi dan memberi gambaran mengenai posisi dan kondisi
keuangan serta kinerja perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Pihak-pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan menggunakan laporan keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
mereka masing-masing.
BAB II
ISI
2.1 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No.1 (2012, p. 3),
laporan keuangan bertujuan untuk :
1. Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan.
2. Laporan
keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai
dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajbkan untuk menyediakan
informasi non-keuangan.
3. Laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship),
atau pertanggungjawaban menajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Sedangkan menurut Kieso (2008, p.5)
tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi
keputusan investasi dan kredit, informasi yang berguna dalam menilai arus kas
masa depan, dan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap
sumber daya tersebut. Dapat dijelaskan bahwa laporan keuangan digunakan sebagai
bahan penilaian dan pengambilan keputusan investasi serta memberikan informasi
tentang sumber daya perusahaan yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pelaporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi yang tepat atas posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan yang dapat bermanfaat bagi beberapa pihak
seperti investor, kreditur, serta memberikan informasi keuangan dalam menilai
arus kas dimasa yang akan datang.
2.1.2 Komponen-Komponen
Laporan Keuangan
PSAK No. 1 (2012, p. 6) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang lengkap yang disusun oleh manajemen suatu
perusahaan harus meliputi komponen-komponen berikut ini:
1. Neraca
(laporan posisi keuangan pada akhir periode)
2. Laporan
laba rugi
3. Laporan
perubahan ekuitas
4. Laporan
arus kas
5. Catatan
atas laporan keuangan.
Walsh
(2004, p. 10-12) juga menuturkan bahwa dalam laporan keuangan terdapat tiga
dokumen yang memberikan kita data mentah untuk melakukan analisis. Ketiganya
yaitu :
1.
Neraca
2.
Laporan laba rugi
3.
Laporan arus kas
1.
Neraca
Menurut PSAK No. 1 (2012, p. ) laporan posisi
keuangan adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets), hutang (liabilities) dan modal sendiri (owner’s
equity).
Soemarso (2004, p. 34) menjelaskan bahwa
neraca merupakan laporan keuangan yang berisi mengenai jumlah harta (assets), kewajiban (liability), dan modal (owner’s equity) pada akhir periode akuntansi.
Neraca dapat memberi informasi tentang sumber-sumber daya yang dimiliki
perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya. Laporan ini menyajikan
posisi keuangan perusahaan.
2.
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Menurut PSAK No.1 (2012, p. ) laporan laba
rugi komprehensif merupakan suatu laporan sistematis yang menyajikan seluruh
pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode. Laporan laba rugi
komprehensif perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan berbagai
unsure kinerja keuangan selama suatu periode tertentu.
Kasmir (2011, p. 29), mengungkapkan bahwa
laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan laba rugi ini merupakan ringkasan
yang logis dari hasil penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode
tertentu. Laba bersih yang dihasilkan dari perhitungan laporan laba rugi
merupakan selisih total penerimaan atas total pengeluaran. Jika total
pengeluaran lebih besar dari total penerimaan, maka perusahaan akan melaporkan
sebagai rugi bersih yang dapat mengurangi modal awal. Begitu juga sebaliknya,
jika total penerimaan perusahaan lebih besar daripada total pengeluaran, maka
perusahaan akan melaporkannya sebagai laba bersih yang dapat menambah modal
awal perusahaan.
3.
Laporan Arus Kas
Menurut
Baridwan (2004, p. 40) laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan
informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari
kegiatan investasi, pembelanjaan, dan kegiatan usaha pada suatu periode.
Arus kas
dari aktivitas operasi merupakan arus kas yang langsung berhubungan dengan
laba, seperti penerimaan kas dari pelanggan dan pembayaran gaji karyawan
perusahaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi mencakup arus kas
yang terkait dengan akuisisi atau penjualan aset produktif perusahaan, seperti
pembelian dan penjualan aset tetap perusahaan. Arus kas pendanaan merupakan
arus kas yang berhubungan langsung dengan pendanaan perusahaan, seperti penerimaan
dan pembayaran utang kepada investor dan kreditor.
4. Laporan
Perubahan Ekuitas
Soemarso
(2004, p. 54). mengungkapkan bahwa laporan perubahan ekuitas adalah ikhtisar tentang perubahan modal suatu
perusahaan yang terjadi selama jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal
melaporkan bagaimana laba bersih dan dividen mempengaruhi posisi laporan
keuangan perusahaan dalam suatu periode akuntansi. Laba bersih yang diperoleh
setiap tahun akan meningkatkan saldo laba ditahan, sedangkan pembagian dividen
kepada pemegang saham akan mengurangi saldo laba ditahan. Proses meningkat dan
mengurangnya saldo laba ditahan ini menunjukkan hubungan antara laporan laba
rugi dengan neraca, di mana saldo laba ditahan pada akhir periode akan dibawa
ke saldo awal laba ditahan pada tahun berikutnya.
5. Catatan
atas Laporan Keuangan
PSAK No.1
(2012, p. 8) menjelaskan bahwa suatu catatan atas laporan keuangan adalah
catatan yang disajikan secara sistematis untuk menghasilkan informasi dasar
penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan serta memberikan informasi yang relevan untuk
memahami laporan keuangan.
Menurut
Kasmir (2011, p. 31) laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan
yang memberikan informasi apabila ada laporan keuangan yang memerlukan
penjelasan tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan
keuangan yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini
dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam menafsirkannya.
2.2 Analisis Laporan Keuangan
2.2.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Salah satu sumber informasi yang penting bagi
para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi adalah
melalui laporan keuangan. Laporan keuangan menyajikan banyak informasi mengenai
kinerja manajemen dan kesehatan perusahaan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
laporan keuangan masih memiliki banyak kekurangan dalam menyajikan informasi
yang dibutuhkan oleh beberapa pihak, oleh karena itu dibutuhkanlah analisis
atas laporan keuangan yang digunakan untuk menganalisis dan menafsirkan laporan
tersebut sehingga dapat memberikan informasi yang berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perkembangan hasil kinerja perusahaan.
Jumingan (2011, p. 42) menjelaskan bahwa
analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan
kecenderungan atau tren utnuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha,
dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis
dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan
bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah
perkembangannya. Kegiatan analisis laporan keuangan juga dilakukan dengan
tujuan agar dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai keadaan keuangan dan
hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan acuan dalam pengambilan keputusan.
Harahap (2008, p. 190) mendefinisikan bahwa
laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan
atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data
kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan
yang tepat. Analisis laporan keuangan dihitung dengan cara membandingkan satu
pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun
bersama-sama guna mengetahui hubungan di antara pos tertentu, baik dalam neraca
maupun laporan laba rugi.
Dapat
disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan
untuk menganalisis laporan keuangan. Dengan menggunakan analisis laporan
keuangan, analis dapat mengetahui baik dan buruknya keadaan dan posisi keuangan
suatu perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya. Di sisi lain, dengan
menggunakan analisis laporan keuangan, para manajer keuangan perusahaan dapat
memprediksikan cara-cara yang harus mereka tempuh agar perusahaan mendapatkan
tambahan dana dari para investor.
2.2.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Harahap (2008, p. 195) menjelaskan bahwa ada
10 tujuan dari analisis laporan keuangan, antara lain :
1. Dapat
memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa.
2. Dapat
menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik
laporan keuangan (implicit).
3. Dapat
mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
4. Dapat
membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu
laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun
kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui
sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori
yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).
6. Dapat
memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan
perkataan lain apa yang dimaksud dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan
analisis laporan keuangan juga.
7. Dapat
menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yuang sudah dikenal
dalam dunia bisnis.
8. Dapat
membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode
sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat
memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi
keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
10. Bisa juga
memprediksikan potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan
datang.
Pendapat
lain juga dikemukakan oleh Kasmir, (2011, p. 68) bahwa tujuan analisis laporan
keuangan antara lain adalah :
1.
Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan
dalam satu periode tertentu, baik aset, kewajiban, modal maupun hasil usaha
yang telah dicapai untuk beberapa periode tertentu,
2.
Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja
yang menjadi kekurangan perusahaan,
3.
Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa
saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan
perusahaan saat ini,
4.
Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke
depan apakah perlu penyegaran atau tidak,
5.
Untuk digunakan sebagai pembanding dengaan
perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai,
Dari poin-poin
di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari analisis laporan keuangan adalah
dapat mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun
sebelumnya, dengan cara membandingkan angka rasio laporan keuangan dengan
standar yang ditetapkan. Melalui cara tersebut pihak manajemen dapat menilai
apakah kinerja perusahaan mengalami penigkatan atau mengalami penurunan pada
tahun tersebut, sehingga pihak manajemen dapat mengambil tindakan untuk
menanggapi kenaikan dan penurunan tersebut. Apabila perusahaan berada dibawah
standar, maka pihak manajemen akan mencari faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan tersebut untuk pengambilan kebijakan guna menaikkan kembali angka
rasio perusahaannya.
2.2.3
Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan
Hanafi (2009, p. 78) mengutarakan
bahwa meskipun analisis laporan keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa
keterbatasan yang perlu diperhatikan, antara lain:
1.
Data yang mencatat dan dilaporkan oleh laporan
keuangan mendasarkan pada harga perolehan.
2.
Upaya perbaikan barangkali bisa dilakukan oleh
pihak manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan
tampak bagus.
3.
Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa
divisi atau anak perusahaan yang bergerak pada beberapa bidang usaha
(industri), yang mengakibatkan analis susah dalam memilih pembanding perusahaan
dikarenakan perusahaan tersebut bergerak pada beberapa industri.
4.
Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan
keuangan terutama yang berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang
seperti investasi jangka panjang.
5.
Rata-rata industri merupakan rata-rata
perusahaan yang ada dalam industri. Ada beberapa perusahaan yang tidak bagus
yang dipakai dalam perhitungan rata-rata industri. Perusahaan yang ingin sukses
biasanya harus berada di atas rata-rata rasio industri, bukannya sama dengan
rata-rata industri. Begitu juga sebaliknya, angka yang lebih rendah
dibandingkan rata-rata industri juga tidak selalu berarti jelek. Ada banyak hal
yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan baik buruknya suatu angka.
Di sisi lain Harahap (2008, p. 192) mengemukakan terdapat beberapa kelemahan
analisis laporan keuangan, antara lain :
1.
Analisa laporan keuangan bergantung pada
laporan keuangan, oleh karena itu kelemahan laporan keuangan harus selalu
diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah.
2.
Objek analisa laporan keuangan hanya laporan
keuangan. Angka-angka di dalam laporan keuangan tidak cukup untuk menilai suatu
laporan keuangan tetapi harus melihat juga aspek lainnya seperti tujuan
perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya manajemen
dan budaya masyarakat.
3.
Objek analisis data historis yang
menggambarkan masa lalu dan kondisi ini berbeda dengan kondisi masa depan.
4.
Terdapat beberapa perbedaan prinsip yang bisa
menjadi penyebab perbedaan angka jika dilakukan perbandingan dengan perusahaan
lain misalnya :
a)
Prinsip Akuntansi,
b)
Ukuran Perusahaan,
c)
Jenis Industri,
d)
Periode Laporan,
e)
Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi,
f)
Jenis perusahaan spek profit motive atau non profit motive.
2.3 Analisis Rasio Keuangan
Menurut Jumingan (2011, p. 118)
analisis rasio keuangan yaitu :
“Angka yang menunjukkan hubungan
antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara
unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang
sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya kecuali jika dibandingkan
dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak
ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio
suatu perusahaan, penganalis tidak dapat menyimpulkan apakah rasio-rasio itu
menunjukkan kondisi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan”
Dalam bukunya Harahap (2008,
p.297) juga menjelaskan bahwa angka yang didapatkan dalam analisis rasio
keuangan adalah hasil dari satu laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini
hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu
dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan tersebut dapat ternilai secara cepat.
Dapat
disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu perhitungan yang
dilakukan untuk membantu dan menginformasikan suatu laporan keuangan yang
disajikan dalam bentuk matematis yang sederhana. Dalam artian, informasi berupa
persentase dan tingkatan angka yang sederhana tersebut menggambarkan hubungan
satu akun dengan akun lainnya yang terdapat dalam suatu laporan keuangan pada
periode tertentu.
2.3.1 Tujuan Analisis Rasio Keuangan
Wild
(2005, p. 36) mengemukakan bahwa terdapat beberapa keunggulan dalam analisis
laporan keuangan, antara lain :
1.
Melalui perhitungan rasio keuangan diharapkan
agar informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
2.
Lebih memudahkan untuk mengetahui posisi
perusahaan di tengah industri lain.
3.
Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dan
model prediksi.
4.
Mengukur standar perusahaan.
5.
Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain, atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.
6.
Lebih memudahkan perusahaan dalam melakukan
prediksi di masa yang akan datang.
2.3.2 Keunggulan
Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2008, p. 298) berpendapat
bahwa rasio keuangan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :
1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar
statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari
informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit
3.
Mengetahui posisi perusahaan di tengah
industri lain
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam
model-model pengambilan keputusan
5.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan
perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik
6.
Lebih mudah melihat trend serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang.
2.3.3 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Harahap (2013, p.298) mengungkapkan
bahwwa selain memiliki beberapa keunggulan, analisis rasio keuangan juga
memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang
dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya,
2.
Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau
laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti ini seperti,
a.
Bahan pelindung rasio atau laporan keuangan
itu banyak mengandung taksiran dan judgment
yang dapat dinilai bias atau subjective,
b.
Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan
dan rasio adalah nilai perolehan (cost)
bukan harga pasar,
c.
Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa
berdampak pada angka rasio,
d.
Metode pencatatan yang tergambar dalam standar
akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda,
3.
Jika tidak menghitung rasio tidak tersedia,
akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio,
4.
Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron,
5.
Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik
dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan
perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
2.3.4 Rasio – Rasio Keuangan
1)
Rasio
Modal Kerja (Rasio Likuiditas)
Libby
(2008, p. 714) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan rasio likuiditas adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo pada periode ini. Rasio likuiditas berfokus pada hubungan antara aset
lancar dan kewajiban lancar. Kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban
lancar merupakan faktor yang penting dalam mengevaluasi kekuatan keuangan
perusahaan. Perusahaan yang tidak memiliki aset kas untuk membayar pembelian
tepat waktu akan kehilangan beberapa peluang untuk memanfaatkan potongan tunai
dan akan menghadapi risiko kreditur menghentikan pemberian kredit.
“Suatu
perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan jangka pendek yang kuat apabila:
(1) mampu memenuhi tagihan dari kreditur jangka pendek tepat pada waktunya, (2)
mampu memelihara modal kerja yang cukup untuk membelanjai operasi perusahaan
yang normal, (3) mampu membayar bunga utang jangka pendek dan dividen, dan (4)
mampu memelihara kredit rating yang menguntungkan” Jumingan (2011, p. 123).
Rasio likuiditas yang digunakan dalam menganalisis keuangan perusahaan
asuransi, antara lain current ratio (rasio
lancar), dan cash ratio (rasio kas).
Sedangkan Harahap (2008, p. 301) menuturkan
bahwa rasio likuiditas dapat menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. rasio-rasio ini dapat dihitung
melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan
utang lancar.
2.3.5
Pengertian
Statemen Keuangan
Statemen keuangan perusahaan adalah statemen yg memberikan ikhtisar
mengenai keadaan keuangan perusahaan, dimana Neraca (balance sheet)
mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu,
dan Statemen Rugi-Laba (income statements) mencerminkan hasil-hasil yang
dicapai selama suatu periode tertentu biasanya satu tahun.
2.3.6
Analisis
Statement Keuangan
Konsep analisis keuangan, bahwa hubungan – hubungan kuantitatif dapat
digunakan untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan dalam kinerja suatu
perusahaan.
2.3.7
Manfaat
analisis Rasio Keuangan
Membantu penganalisis untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan
perusahaan yg bersangkutan.
Untuk mengambil manfaat rasio keuangan kita memerlukan standar untuk
perbandingan. Salah satu pendekatan adalah membandingkan rasio-rasio perusahaan
dengan pola industri atau lini usaha di mana perusahaan secara dominan
beroperasi.
2.3.8
Macam-macam
Rasio Keuangan
Beberapa tinjauan terhadap
hubungan kuantitatif rasio keuangan:
Dilihat dari sumbernya rasio
dibagi menjadi 3:
1. Rasio-Rasio Neraca
·
Adalah rasio-rasio yg disusun dari data yg
berasal dari neraca misalnya; current
ratio, Acid test-ratio, , current assets to total assets ratio, current
lialibilities to total assets ratio dan lain sebagainya.
2. Rasio Statemen
Rugi-Laba
·
Rasio-rasio yang disusun
berdasarkan income statements, misalnya gross profit margin, net operating margin,
operating ratio, dan lain sebagainya.
3. Rasio-Rasio Antar
Statemen Keuangan
·
Adalah rasio keuangan yang disusun
berdasarkan Neraca dan data lainnya yg berasal dari income statement, misalnya
assets turnover, inventory turnover, receivables turnover dan sebagainya.
Neraca
PT
ABC
PER
31 DESEMBER 2001
(
dalam ribuan rupiah )
Aktiva Lancar
|
|
Hutang lancar
|
|
Kas
|
200.000
|
Hutang dagang
|
300.000
|
Efek
|
200.000
|
Hutang wesel
|
100.000
|
Piutang
|
160.000
|
Hutang Pajak
|
160.000
|
Persediaan
|
840.000
|
|
|
Jumlah A.L.
|
1.400.000
|
Jumlah H.L.
|
560.000
|
|
|
|
|
Aktiva Tetap
|
|
Hutang jk. Panjang
|
|
Mesin
|
700.000
|
Obligasi
|
600.000
|
Akum. Penyusutan
|
100.000
|
|
|
|
600.000
|
Modal sendiri
|
|
Bangunan
|
1.000.000
|
Modal saham
|
1.200.000
|
Akum. Penyusutan
|
200.000
|
Agio saham
|
200.000
|
|
800.000
|
|
1.400.000
|
Tanah
|
100.000
|
Laba ditahan
|
440.000
|
Intangibles
|
100.000
|
|
|
Jumlah A.T.
|
1.600.000
|
Juml. Modal sendiri
|
1.840.000
|
|
|
|
|
Jumlah Aktiva
|
3.000.000
|
Jumlah pasiva
|
3.000.000
|
Statemen
Laba – Rugi
PT
ABC
Periode
31 Desember 2001
(
dalam ribuan rupiah )
Penjualan
|
4.000.000
|
Harga pokok penjualan
|
3.000.000
|
Laba kotor
|
1.000.000
|
Biaya-biaya
|
570.000
|
Keuntungan sebelum bunga & pajak
|
430.000
|
Bi. Bunga obligasi ( 5 % x Rp 600.000 )
|
30.000
|
Keuntungan sebelum pajak
|
400.000
|
Pajak penghasilan
|
160.000
|
Keuntungan bersih setelah pajak
|
240.000
|
PERHITUNGAN
RASIO-RASIO KEUANGAN
RASIO KEUANGAN |
METODE PERHITUNGAN |
INTERPRETASI |
I. RASIO
LIKUIDITAS
A. Current Ratio
|
Aktiva Lancar
Hutang
Lancar
1.400.000
560.000
= 2,5 : 1 = 250%
|
Kemampuan
untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Setiap
hutang Lancar Rp 1,00 dijamin oleh oleh aktiva lancar Rp 2,50
|
B. Cash Ratio
|
Kas + Efek = 400.000 =HL 560.000
=
0,71 atau 71%
|
Kemampuan
membayar utang dengan segara yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan
dan efek yang segera dapat diuangkan.
Setiap
hutang Lancar Rp1,00 dijamin oleh
kas dan efek Rp 0,71
|
C. Quick ratio (Acid Test
ratio)
|
Kas +Efek + Hutang
Hutang Lancar
200.000 + 20.000 + 160.000
560.000
= 1 : 1 atau 100%
|
Kemampuan untuk membayar utang yg segera hrs dipenuhi dengan aktiva lancar
yg lebih likuid.
Setiap utang lancar Rp 1,00 dijamin dengan quick assets 1,00
|
D. Working Capital to
Total Assets Ratio
|
Aktiva Lancar – Ht Lancar
Jumlah Aktiva
1.400.000 – 560.000
3.000.000
=
0, 28 : 1 atau 28 %
|
Likuiditas
dari n total aktiva dan posisi modal
kerja neto.
Setiap
Rp 1, 00 assets perusahaan Rp 0,28
terdiri dari modal kerja (aktiva
lancar)
|
II.
RATIO LEVERAGE
A.
Total
Debt to Equity Ratio
|
H Lancar + H JK PanjangJml Modal Sendiri
560.000 + 600.000
1840.000
= 0,63 : 1 atau 63 %
|
Bagian
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.
63%
dari setiap rupiah modal sendiri menjadi jaminan utang.
|
B.
Total
debt to total
capital
Assets
|
Utg Lancar + Utg JK PJ
Jumlah Modal/Aktiva
560.000 + 600.000
3.000.000
=
0,39 : 1 atau 39%
|
Beberapa
bagiam dari keseluruhan dana yang
dibelanjai dengan utang. Atau
Berapa
bagian dari aktiva yang digunakan untuk menjamin utang.
39
% dari setiap aktiva digunakan untuk menjamin utang.
|
C.
Long
Term Debt To
Equity ratio
|
Hutag JK Panjang
Modal Sendiri
600.000
1.840.000
=
0,33 : 1 = 33%
|
Bagian
setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jk panjang.
33
% dari setiap rupiah modal sendiri
Digunakan
untuk menjamin hutang jangka panjang.
|
D.
Tangible
Assets
Debt Coverage
|
Jml Aktiva - Intangibles HL
Hutang Jk Pjg
3.000.000 – 100.000 – 560.000
600.0000
2. 340.000
600.000
= 3,9 :1 atau 390%
|
Besarnya
aktiva tetap tangible yang digunakan
untuk menjamin hutang jangka panjang setiap rupiahnya
Setiap
rupiah Hutang JKPJ dijamin oleh aktiva tangible sebesare RP 390
|
E.
Times
Interest Earned Ratio
|
EBIT
Bunga HTG JK panjang
430.000
30.000
= 14,3 X
|
Besarnya
jaminan keuntungan yang digunakan untuk membayar bunga Hutang JK PJG
|
III.
RASIO AKTIVITAS
A. Total Assts Turn Over
|
Penjualan Neto
Jumlah Aktiva
400.000
300.000
=
1,33
|
Kemampuan
dana yang tertanam dlm keseluruhan aktivaberputar dalam satu periode
tertentu, Atau kemampuan dana yang diinvestasi- kan untuk menghasilkan
revenue.
Dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva
rata-rata dlm 1 thn berputar
1,33X. Atau setiap 1 Rupiah setiap thn dpt meng- hasilkan Rp1,33
|
B. Receivable Torn Over
|
Penjualan Kredit
Piutang Rata-rata
4.000.000
160.000
= 25 X
|
Kemampuan
dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu.
Dalam
satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar selama 25X
|
C. Average
Collection Period
|
Piutang rata-rata X 360
Penjualan
Kredit
160.000 X 360
4.000.000
= 14,4 hari
|
Periode rata-rata yang dibutuhkan dalam pengumpulan piutang
Piutang
rata-rata dikumpulkan setiap 15 hari sekali.
|
D. Inventory Turn Over
|
Harga Pokok Penjualan
Inventory Rata-Rata
3.000.000
840.000
= 3,6 X
|
Kemampuan
dana yang tertanam dalam inventory berputar dalam satu periode tertentu.
Dana
yang tertanam dalam inventory berputar
rata-rata 3,6 X dalam satu tahun.
|
E. Average Day’s Inventory
|
Inventory rata-rata X 360
Harga Pokok Penjualan
840.000 X 360
3.000.000
= 10 hari
|
Periode
rata-rata persediaan berada di gudang .
Inventory
berada di gudang rata-rata selama 10 hari.
|
F.
Working Capital
Turn over
|
Penjualan Netto
Aktiva lancar – H Lancar
4.000.000
1.400.000 – 560.000
=
4,76 X atau 4,8 X
|
Kemampuan
modal keja perusahaan berputar dalam satu periode siklus kas perusahaan
Dana
yang tertanam dalam modal kerja
berputar rata-rata 4,8 X dalam satu tahun.
|
III. RASIO KEUNTUNGAN
A. Gross Profit Margin
|
Penjualan Neto – HPP
Penjualan Neto
4.000.000 – 3.000.000
4.000.000
=
25%
|
Laba
Bruto per rupiah penjualan
Setiap
Penjualan menghasilkan laba bruto Rp 0,25.
|
B. Operating Income
Ratio ( Operating
Profit Margin)
|
Penj Neto – HPP – Biaya ADM dan Umum
----------------------------------------
Penjualan Netto
4.000.000 – 3.000.000 –570.000
4.000.000
=
10, 75%
|
Laba
sebelum Bunga dan Pajak (net operating
income) oleh setiap rupiah penjualan
Setiap
rupiah penjualan menghasilkan laba operasi Rp 0,11.
|
C. Operating Ratio
|
HPP + Biaya ADM + Biaya Penj + Biaya Umum
---------------------------------------
Penjualan Neto
3.000.000 + 570.000
4.000.000
= 89,25 %
|
Biaya operasi per rupiah penjualan .
Setiap rupiah penjualan memerlukan biaya Rp
0,89
Makin besar rasio makin buruk
|
D. Net Profit Margin
|
Keuntungan Neto sesudah Pajak
Penjualan Neto
240.000
4.000.000
= 6 %
|
Keuntungan
neto per rupiah penjualan
Setiap
rupiah penjualan menghsilkan keuntungan neto sebesar Rp 0,06
|
E. Earning Power of
Total
Investmen rate of return of total
assets)
|
EBIT
JML AKTIVA
430.000
3.000.000
=
14,3 %
|
Kemampuan
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
Aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua
investor.
Setiap
satu rupiah modal yang diinvestasikan menghasilkan keuntungan Rp 0,14 untuk semua investor.
|
F. Net Earning Power ratio / Return On
Investment
(ROI)
|
Earning After Tax
Jumlah Aktiva
240.000
3.000.000
= 8%
|
Kemampuan
modal yg diinvestasikan
Dlm
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto.
|
G. Rate of
Return for
the
Owners
(Rate of Return on
Net Worth)
|
Earning After Tax
ML Modas Sendiri
240.000
1.840. 000
= 13 %
|
Kemampuan
modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan
biasa.
Setiap
rupiah modal sendiri menghasilkan keuntungan neto Rp 0,13 yg tersedia bagi
pemegang saham preferen dan biasa
|
Pendekatan Lain dalam Analisis Laporan
Keuangan
Langkah
pertama : Pengelompokkan Pengukuran dalam 3 aspek
1.
Ukuran
kinerja
2.
Ukuran
Efisiensi Operasi
3.
Ukuran
Kebijakan Keuangan
- Ukuran kinerja dianalisis dalam tiga kelompok:
- ratio profitabilitas
- ratio pertumbuhan
- ratio Penilaian
RATIO KEUANGAN
|
METODE PERHITUNGAN
|
INTEPRETASI
|
RATIO PROFITABILITAS
1. Kinerja laba operasi
Laba Operasi Bersih (NOI) / Penjualan
|
Laba Operasi Bersih
Penjualan
$ 700,8
$ 4.620,0
=
15,2 %
|
Kemampuan
penjualan untuk menghasilkan laba bersih.
Setiap
satu dollar penjualan mampu menghasilkan laba operasi bersih $ 0.13
|
2. Hasil pengembalian atas total aktiva
(ROI)
Laba
operasi terhadap total aktiva
|
Laba Operasi Bersih
Aktiva
$ 700,8
$ 3.390,4
= 20%
|
Kemampuan
penggunaan aktiva untuk menghasilkan
laba operasi bersih.
Setiap
satu dollar aktiva mampu
menghasilkan laba operasi bersih
$ 0.20
|
3. Laba Operasi Bersih
terhadap Total Modal
|
Laba Operasi Bersih
Total Modal
(Total Modal / Hutang berbeban bunga atas
total modal bunga + ekuitas pemegang saham)
$ 700,8
$ 2.484,0
= 28,2%
|
Kemampuan
penggunaan modal untuk menghasilkan
laba operasi bersih.
Setiap
satu dollar modal mampu
menghasilkan laba operasi bersih
$ 0.28
|
4 Laba bersih terhadap penjualan / Marjin
laba atas penjualan
|
Laba Bersih
Penjualan
$ 470,2
$ 4.620,0
=
10,2%
|
Kemampuan
penjualan dalam menghasilkan
laba bersih.
Setiap
satu dollar penjualan mampu menghasilkan laba bersih
$ 0.28
|
5. Hasil pengembalian atas equitas / Return
on Equity hasil pengembalian atas equitas
|
Laba Bersih
Equitas pemegang saham
$ 470,2
$ 1.634,4
=
28,8 %
|
Mengukur
pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan.
Setiap
satu dollar Equitas mampu menghasilkan laba bersih $ 0,288
|
6. Tingkat profitabilitas
marjinal
|
Perubahan NOI
Perubahan total modal
$ 237,6
$ 1292,1
= 18,4 %
|
Mengukur
perubahan margin profitabilitas dari beberapa periode.
Margin
profitabilitas dari periode (lima tahun terakhir) 18,4%
|
7.
Hasil pengembalian
Marginal atas Equitas / Marginal return to equity)
|
Perubahan NI
Perubahan equitas
$ 219,7
$
1147,2
=
15,3 %
|
Marginal
return to equity 15,3%
|
RATIO PERTUMBUHAN
|
Pertumbuhan
penjualan, Laba Operasi bersih, Laba bersih, Laba per saham dan dividen per
saham
|
|
RATIO
PENILAIAN
1. Rasio harga/laba
Harga
pasar per saham terhadap laba per saham (price /earning ratio atau P/E ratio
|
Harga pasar per saham
Laba per saham
$ 69.69
$
3,85
=
15,9 %
|
Semakin
tinggi risiko tinggi faktor diskonto dan semakin rendah rasio P/E, semakin
tinggi P/E, maka semakin bagus sebuah perusahaan.
|
2. Rasio Harga Pasar terhadap nilai Buku
(market –to – book – value)
|
Harga pasar per saham
Nilai buku ekuitas
$ 69.69
$
13,41
=
5,2 %
|
Mengukur
nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.
|
- Ukuran Efisiensi Operasi
Mengukur rasio aktivitas atau rasio
perputaran adalah mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan investasi
dan sumber daya ekonomis yang dimilikinya.
RATIO KEUANGAN
|
METODE PERHITUNGAN
|
INTEPRETASI
|
1. Perputaran Persediaan
|
Harga Pokok Penjualan
Persediaan
$ 700,8
$ 4.620,0
= 15,2 %
|
Sama
dengan di atas (aspek yang lain)
|
- Ukuran Kebijakan Keuangan
Mengukur sampai seberapa jauh total aktiva
dibiayai oleh pemilik, jika dibandingkan dengan pembiayaan yang disediakan oleh
para kreditur.
RATIO KEUANGAN
|
METODE PERHITUNGAN
|
INTEPRETASI
|
A.
Faktor leverage
|
Total Aktiva
Ekuitas
$ 3.390
$ 1.6334,4
=
2,07
|
Menegukur
sampai seberapa jauh investasi ekuitas pemegang saham diperbesar oleh
penggunaan penggunaan hutang dalam membiaya total aktiva.
|
Rasio
likuiditas
|
S
DA
|
|
Berikut adalah contoh Analisa Likuiditas, Solvabilitas, dan Rentabilitas Laporan
Keuangan “PT. GUDANG GARAM Tbk.”
1. LIKUIDITAS PERUSAHAAN
a. Current Ratio
Current Ratio = (Aktiva Lancar/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2008
Current Ratio = (17.955.845/9.437.259) x 100% = 1,9%
Tahun 2007
Current Ratio = (Rp. 15.027.032/) x 100% = 1,95%
b. Quick Ratio/Acid Test Ratio
Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan)/Kewajiban Lancar)) x
100%
Tahun 2008
Quick Ratio = ((Rp.17.955.845-Rp.14.016.039)/
Rp.9.437.259)) x 100% = 0,41%
Tahun 2007
Quick Ratio = ((Rp.15.027.032-Rp.
11.877.086)/ Rp.7.697.918)) x 100% = 0,40%
c. Cash Ratio
Cash Ratio = (Kas/Kewajiban Lancar) x 100%
Tahun 2008
Cash Ratio = (Rp. 411.689/ Rp.9.437.259) x 100% = 0,043%
Tahun 2007
Cash Ratio = (Rp. 289.152/ Rp. 7.697.918) x 100% = 0,037%
2. PERPUTARAN PIUTANG
Cara perhitungan perputaran piutang dapat dilakukan dengan rumus :
Perputaran Piutang = (Penjualan Kredit/Utang Usaha) x 100%
Tahun 2008
Perputaran Piutang = (Rp.15.056.347/
Rp.200.266) x 100% = 75,1%
Tahun 2007
Perputaran Piutang = (Rp.13.419.733/
Rp. 128.837) x 100% = 104,1%
3. SOLVABILITAS PERUSAHAAN
Tingkat solvabilitas diukur dengan
beberapa rasio, yaitu :
a. Total Debt to Equity Ratio
Total Debt Equty Ratio = (Total Utang/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
Perputaran Piutang = (Rp.10.359.076/
Rp.14.530.132) x 100% = 0,71%
Tahun 2007
Perputaran Piutang = (Rp.8.474.564/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,63%
b. Total Debt to Asset Ratio
Total Debt to Asset Ratio = (Total Utang/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2008
Total Debt to Asset Ratio = (Rp.10.359.076/
Rp.20.904.022) x 100% = 0,49%
Tahun 2007
Total Debt to Asset Ratio = (Rp.8.474.564/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,38%
4. RENTABILITAS PERUSAHAAN
Adapun cara penilaian Rentabilitas adalah :
a. Gross Provit Margin (Margin Laba Kotor)
Rumus :
GPM = (Laba Kotor/Penjualan Bersih) x 100%
Tahun 2008
GPM = (Rp.2.427.250/ Rp.15.056.347)
x 100% = 0,16%
Tahun 2007
GPM = (Rp.2.485.648/ Rp.13.419.733)
x 100% = 0,18%
b. Net Profit Margin (Margin Laba
Besih)
Rumus :
NPM = (Laba Setelah Pajak/Total Aktiva) x 100%
Tahun 2008
NPM = (Rp.891.358/ Rp.24.904.022) x 100% = 0,035%
Tahun 2007
NPM = (Rp.710.565/ Rp.21.878.013) x 100% = 0,032%
c. Earning Power of Total
Investment
Rumus :
EPTI = (Laba Sebelum Pajak/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
EPTI = (Rp.1.313.392/ Rp.14.530.132)
x 100% = 0,09%
Tahun 2007
EPTI = (Rp.1.084.495/ Rp.13.386.776)
x 100% = 0,08%
d. Return On Equity (Pengembalian
Atas Equitas)
Rumus :
ROE = (Laba Setelah Pajak/Ekuitas) x 100%
Tahun 2008
ROE = (Rp. 891.358/Rp. 14.530.132) x 100% = 0,61%
Tahun 2007
ROE = (Rp.710.565/ Rp.13.386.776) x 100% = 0,3%
BAB III
KESIMPULAN
Likuiditas adalah masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Masalah
likuiditas dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan cara perhitungan
menggunakan rasio (quick ratio, current ratio, dan cash ratio) dan dengan
menghitung periode penagihan rata- rata (average collection period). Untuk
laporan keuangan diatas digunakan pendekatan yang pertama yaitu dengan
perhitung rasio (Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio)
·
Current ratio
yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi,
sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karena
menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampuan laba perusahaan. Pada laporan keuangan diatas terjadi penurunan
current ratio dari tahun 2007 ke tahun 2008 sebesar 0,05%.
·
Semakin besar
quick ratio maka semakin baik pula perusahaan pula kondisi perusahaan. Namun
apabila quick ratio memiliki perbandingan 1:1 atau 100% perusahaan
tersebut dianggap kurang baik. Dalam laporan keuangan ini dapat diketahui
adanya sedikit peningkatan quck ratio dari 0,40% menjadi 0,41%. Yang berarti
perusahaan masih dalam keadaan stabil.
·
Rasio ini
menunjukan kemampuan kas untuk menutupi hutang lancar. PT. GUDANG GARAM Tbk.
mengalami peningkatan dalam menutupi hutang lancar. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya presentasi cash ratio, yaitu dari 0,037% menjadi 0,043%.
Rasio perputaran piutang memberikan analisa mengenai beberapa kali
tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar dari bentuk piutang
kebentuk uang tunai, kemudian kembali kebentuk piutang lagi.
Makin tinggi rasio ( turnover ) menunjukkan modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti
ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut,
mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin
ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.
Solvabilitas Perusahaan berguna untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya jika perusahaan
tersebut dilikuidasi. Suatu perusahaan dikatakan Solvabel jika perusahaan itu
mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya , baik yang
jangka panjang maupun jangka pendek. Jika perusahaan tidak mempunyai cukup
aktiva untuk membayar segala hutangnya, maka perusahaan tersebut dikatakan
insolvabel.
Dalam hubungan antara likuiditas dan
solvabilitas ada empat kemungkinan yang
dapat dialami oleh perusahaan yaitu :
a. Perusahaan yang likuid tetapi insolvable
b. Perusahaan yang likuid dan solvable
c. Perusahaan yang solvabel tetapi ilikuid
d. Perusahaan yang insolvabel dan ilikuid
Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan anatara
laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Perhitungan
rentabilitas berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Hal ini terjadi karena
perbedaan antara aktiva dan laba yang mana yang akan dibandingkan dengan yang
lain.
DAFTAR PUSAKA
Riyanto, Bambang Prof. Dr.. Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4. 2010. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.